Rabu, 28 Januari 2015 Universitas Halu Oleo (UHO) telah mengukuhkan guru besar Prof. Dr. H. Barlian, M.Pd pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) oleh Rektor Universitas Halu Oleo Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S melalui Rapat Senat Terbuka dan dipimpin langsung Ketua Senat Universitas Halu Oleo Bapak Dr. Ir. mukhtar, M.S, di Gedung Auditorium Mokodompit Universitas Halu Oleo

Acara Pengukuhan Guru Besar tersebut, dihadiri oleh anggota senat dan guru besar UHO di lingkungan Universitas Halu Oleo, Karyawan serta Mahasiswa Universitas Halu Oleo. Selain itu, pengukuhan juga dihadiri oleh kalangan Pejabat Pemerintah Sulawesi Tenggara serta keluarga besar Prof. Dr. H. Barlian, M.Pd

Dalam sambutannya, Rektor UHO Bapak Prof. Usman Rianse mengatakan “Acara pengukuhan Prof. Dr. H. Barlian, M.Pd sebagai guru besar merupakan peristiwa bersejarah, sebab saudara Prof. Dr. H. Barlian, M.Pd adalah guru besar ke 51 di Universitas Halu Oleo Bidang Ilmu Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HaluOleo dan mengabdi di almamater selama 28 tahun 10 bulan, sejak tanggal 1 Maret tahun 1986”.

Prof. Dr. H. Barlian, M.Pd resmi sebagai Guru Besar pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2014 sesuai keputusan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 181571/ A4.3/KP/2014 yang ditetapkan di Jakarta tanggal 16 Desember 2014 cap tertanda Mohamad Nasir.

Pada acara ini Prof. Dr. H. Barlian, M.Pd menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul "Gerakan Mahasiswa dalam Perubahan Sosial : Tinjauan Teoretik dan Empiris ".Perkembangan menarik atas potret gerakan mahasiswa yang terjadi pasca reformasi 1998 yaitu munculnya banyak kritik terhadap keberadaan gerakan mahasiswa yang dinilai banyak kalangan cenderung kehilangan orientasi. Di satu sisi, masyarakat menaruh harapan besar terhadap gerakan mahasiswa dalam mendorong perubahan social, tetapi disisi lain muncul kegelisahan masyarakat akan terbukanya ruang bagi gerakan mahasiswa untuk diboncengi oleh kepentingan kekuatan ekonomi politik tertentu (Barlian, 2011: 2 ).

Akibatnya muncul persepsi bahwa gerakan mahasiswa di Kendari cenderung mulai meninggalkan nilai dasarnya yang berangkat dari critical consiusness para pelakunya tetapi lebih pada false consiusness sebagai akibat tuntutan kepentingan fragmatis para pelakunya (Barlian : 2012).

(Humas UHO 1.15)